Kerito Surong dan Makna Simbol Rakyat Bergerak
Deskripsi blog


Saat deklarasi pasangan MERDEKA digelar, ada satu hal yang tak biasa, namun justru paling membekas: Kerito Surong. Bukan panggung mewah, bukan mobil elegan, bukan panggung artis—melainkan alat dorong sederhana yang biasa ditemui di pasar, di gang-gang sempit, dan di tangan rakyat kecil yang bekerja dari pagi hingga malam.
Kenapa Kerito Surong?
Karena pasangan MERDEKA tahu, kemenangan sejati hanya datang dari gerakan yang membumi. Kerito Surong adalah lambang dari:
Kerja keras tanpa pamrih
Kesetiaan pada proses
Kesederhanaan yang tak dibuat-buat
Gerakan dari bawah, bukan instruksi dari atas
Dalam narasi perjuangan ini, Kerito Surong bukan sekadar alat, tapi simbol dari siapa yang sesungguhnya mendorong perubahan: rakyat sendiri. Ia mewakili ibu-ibu yang berjualan sayur, pemuda yang menarik gerobak keliling, pedagang kecil, buruh bangunan, hingga guru honorer yang tetap setia mendidik meski dengan keterbatasan.
Pasangan MERDEKA tidak datang dengan kendaraan partai, tapi didorong — secara harfiah dan simbolik — oleh kekuatan rakyat. Kerito Surong menjadi kendaraan perjuangan mereka. Dalam deklarasi, simbol ini tidak hanya dihadirkan sebagai pajangan, tapi diarak oleh masyarakat, oleh relawan, oleh mereka yang ingin menunjukkan bahwa kekuasaan seharusnya “didorong” oleh kehendak rakyat, bukan dikendalikan oleh segelintir elite.
Lebih dari itu, Kerito Surong juga menggambarkan kesederhanaan yang efektif. Ia tidak mewah, tapi tangguh. Tidak besar, tapi berguna. Sama seperti pasangan MERDEKA — yang tidak menjanjikan langit, tapi menawarkan kejujuran, kerja nyata, dan keberpihakan pada warga.
Dalam simbol itu, terkandung pesan yang dalam:
“Kami tidak datang untuk dilayani. Kami datang untuk mendorong perubahan bersama kalian.”
Dan ketika rakyat Pangkalpinang melihat Kerito Surong, mereka tahu — inilah gerakan mereka. Gerakan MERDEKA.